Environment and Lingkungan GLOBAL

andbra.blogspot.com

About Me

Rekening BCA No. 2821100552 Bdg/Indonesia

and

Barclay Bank ,England

My Blogs

Team Members

Environment and Lingkungan GLOBAL

Friday, January 15, 2010

HALUSINASI AUDITORI (PENDENGARAN), SALAH SATU GEJALA SKIZOFRENIA

andi BRATASIDA

HALUSINASI AUDITORI (PENDENGARAN), SALAH SATU GEJALA SKIZOFRENIA

Bidang kelilmuan : Akustik di bidang sains kehidupan, khususnya pendengaran di dunia psikologi dan kedokteran.

Ada yang pernah nonton “A Beatiful Mind?”,sebuah film yang menceritakan perjuangan seorang ahli matematika bernama John Forbes Nash yang meraih penghargaan Bank Swedia dalam ilmu ekonomi dan pengalamannya menderita skizofrenia, penyakit gangguan jiwa dimana penderitanya mengalami penurunan intelegensia sebelum waktunya. Selama perang dingin berlangsung, Nash yang menderita skizofrenia membuat dirinya mengalami halusinasi dan ketakutan-ketakutan sehingga ia harus berjuang untuk sembuh dan mendapatkan nobel pada tahun 1994.

Scizofrenia, penyakit jiwa yang sering ditunjukkan oleh gejala sekunder seperti halusinasi (persepsi tanpa adanya rangsangan pancaindra) dan delusi (keyakinan yang salah). Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita penyakit ini. Ciri-ciri dari penderita skizofrenia ini adalah adanya halusinasi auditori (pendengaran) atau halusinasi visual (penglihatan), tetapi paling sering dialami adalah halusinasi auditori dimana panderita mendengar suara-suara tanpa adanya sumber suara dan hanya dia yang dapat mendengarkannya. Adanya delusi, dimana penderita mempunyai keyakinan yang tidak bisa dipatahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan budayanya. Selain itu ada gangguan insight pada diri penderita dimana dia tidak merasa mengalami gangguan jiwa.
___________________________________

Suara merupakan suatu getaran yang ditransmisikan oleh medium elastic yang kemudian diterima dan dipersepsikan oleh telinga manusia. Jadi agar terjadinya sura dibutuhkan tiga komponen utama yaitu sumber suara, medium penghantar dan penerima. Jika salah satu dari komponen tersebut tidak terpenuhi maka suara seharusnya tidak dapat terjadi.

Proses Terjadinya Suara

Lalu bagaimana dengan orang yang seolah-olah dapat mendengarkan suara sementara orang-orang disekitarnya tidak mendengarkan hal yang sama atau biasa kita sebut dengan halusinasi auditori (pendengaran)? Berarti ada salah satu komponen dari tiga komponen diatas yang tidak terpenuhi. Penerima? tidak mungkin karena ada yang bisa mendengarkan di antara dua orang atau lebih tersebut. Medium penghantar? juga tidak mungkin karena dua orang atau lebih tersebut berada di ruangan yang sama, artinya jika yang satu dapat mendengar disana ada medium penghantarnya. Sumber suara? Nah, ini mungkin terjadi jika salah satu orang tersebut mengalami halusinasi auditori (pendengaran).

Halusinasi merupakan persepsi yang terjadi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsangan nyata terhadap indra. Untuk kasus diatas termasuk ke dalam halusinasi auditori (pendengaran), dimana penderita dapat mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi auditori (pendengaran) merupakan jenis halusinasi yang banyak diderita. Jenis halusinasi ini dapat berbentuk akoasma (suara-suara yang kacau balau dan tidak dapat dibedakan secara tegas) atau phoneme (suara-suara yang seolah-olah berasal dari manusia karena terdengar jelas sehingga penderitanya mendengar dalam bentuk kata atau kalimat)

Karakteristik orang yang mengalami halusinasi auditori adalah :

* Sering mendengar suara-suara antara dua orang atau lebih yang membicarakan si penderita.
* Mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh si penderita dan memerintahkannya untuk melakukan sesuatu.
* Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan, seolah-olah mencari sesuatu/siapa yang sedang berbicara
* Terlihat sedang mengobrol dengan benda mati ataupun dengan sosok tak Nampak.
* Menggerak-gerakkan mulut seperti seseorang yang berbicara atau menjawab suara.

Selain halusinasi auditori (pendengaran), terdapat beberapa jenis halusinasi lainnya, yaitu :

1. Halusinasi visual (penglihatan) : penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
2. Halusinasi olfaktorik (pembauan) : penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Hal ini merupakan gambaran perasaan bersalah penderitanya.
3. Halusinasi gustatorik (pengecap) : halusinasi ini jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-sama dengan halusinasi olfaktorik.
4. Halusinasi taktil (perabaan) : halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang.
5. Halusinasi haptik : halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Sering dijumpai pada pemakai narkoba.
6. Halusinasi kinestetik : penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.
7. Halusinasi autoskopi : penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.


Halusinasi ini tidak terjadi begitu saja, selalu ada pemicu suatu hal bisa terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari proses terjadinya halusinasi seperti yang dijelaskan berikut :

Informasi yang diterima tergantung pada anatomi dan proses neurofisiologis otak dan pengalaman terdahulu, meliputi pengorganisasian dalamproses input sensor sampai dengan perilaku yang ditimbulkan. Semua rangsangan dari dalam (biokimia dan emosi) dan luar (penglihatan, pendengaran, peraba, pengecapan dan penghidu atau di interpretasikan) akan menghasilkan respon prilaku berupa proses kognitif, persepsi, respon emosi, respon social dan gerakan motorik.

Pada penderita skizofrenia, dimungkinkan bahwa adanya beberapa dopamin berlebihan lewat darah mezolimbik, dimana pada prefrontal (area di depan pusat motorik) mesokortikal terdapat aliran yang hipoaktif terdapat gangguan keseimbangan antara dopamine serotonin dan system neurotransmitter. Dopamine yang berlebihan tersebut dapat ditemukan di tiga bagian otak, yaitu : pada tengah substansi nigramotor yang mempengaruhi pergerakan koordinasi, pada bagian tengah otak (termasuk emosi dan daya ingat), dan pada hipotalamik sambungan pituitary tergantung pada respon emosional.

Banyak penyebab terjadinya halusinasi, diantaranya adalah :

1. Demam yang sangat tinggi sehingga keseimbangan tubuh terganggu (halusinasi visual)
2. Mengalami gangguan jiwa skizofrenia (halusinasi auditori)
3. Mengkonsumsi narkoba seperti ganja, morphin dan kokain(halusiansi visual)
4. Mengkonsumsi alcohol berlebihan, di atas 35% (halusinasi visual)
5. Mengalami trauma yang sulit dihilangkan

Jadi, halusinasi ini harus dirasakan oleh pancaindra dalam keadaan sadar. Kalau kita mengalami mimpi sampai melakukan tindakan-tindakan yang tak disadari seperti jalan-jalan di dalam kamar atau memotong kabel listrik (haha, pengalaman pribadi ^_^) bukanlah bagian dari halusinasi.

Tambahan : BrainWave dan hubungannya dengan halusinasi

otak merupakan pusat dari segala kegiatan kita. setiap rangsangan yang di terima akan dikirim ke otak dalam waktu yang relatif singkat dan kemudian diubah ke dalam bentuk tindakan yang di kerjakan. jadi otak dapat sangat mempengaruhi tindak-tanduk seseorang. otak manusia menghasilkan gelombang elektromagnetik yang tidak sama, bisa terpancar keluar dan menimbulkan resonansi terhadap orang lain. gelombang yang dihasilkan otak inilah yang kita sebut dengan brainwave. namun brainwave ini tidak hanya merepresentasikan kondisi pikiran dan tubuh, tetapi juga dapat menstimulus untuk mengubah kondisi mental seseorang.

otak kita bekerja dengan gelombang frekuensi yang berbeda-beda, yaitu :
1. gelombang delta
- frekuensinya 0.1 - 3.9 Hz
- dalam kondisi tidur tanpa mimpi atau koma sekalipun
2. gelombang theta
- frekuensinya 4 - 7.9 Hz
- dalam kondisi tidur dengan mimpi yang ditandai dengan gerakan bola mata yang berputar cepat
- dialami oleh penemu dan musisi
3. gelombang alpha
- frekuensinya 8 - 13.9 Hz
- dalam kondisi normal bekerja tanpa beban
- merasakan nyaman, tenang dan bahagia
4. gelombang beta
- frekuensinya 14 - 100 Hz
- dalam kondisi bekerja dengan banyak pikiran
- merasakan cemas, khawatir, stress dan marah

perbedaan frekuensi yang dihasilkan inilah yang mempengaruhi tindak-tanduk seseorang.

sebagai contoh : variasi (frekuensi) yang dihasilkan dengungan suara dari headphone stereo dapat memberikan efek yang beraneka ragam pada pendengarnya, seperti menjadi rileks, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, menghilangkan rasa sakit serta merasakan sensasi yang berada di luar tubuh. kokain misalnya bisa membuat seseorang merasakan halusinasi mengkonsumsi narkoba yang dirasakan setelah 15-60 menit mendengarkan dengungan suara dari headphone stereo tersebut. sama berlakunya untuk halusinasi auditori, pada frekuensi tertentu bisa jadi seseorang berhalusinasi bahwa gelombang pikirannya juga dirasakan orang lain dan dia seolah-olah diperintahkan melakukan sesuatu (yang biasanya berbahaya). suatu hal yang sebenarnya dikendalikan dari gelombang otak orang tersebut.

untuk itu, dengan mengetahui gelombang otak manusia untuk tiap kondisinya, tentu dapat menstimulus otak untuk melakukan tindakan yang sewajarnya. hal ini bisa jadi dapat membantu orang-orang yang mengalami halusinasi auditori untuk dapat terlepas dari kungkungan pikiran-pikirannya sendiri.

Referensi
• http://www.wikipedia.com/
• http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
• http://irwanashari.blogspot.com/2009/04/skizofrenia-paranoid.html
• http://www.juraganmedis.com/
Thanks to: Y. Septiani Syarif | 13306002 | Tugas Akustik

No comments:

Post a Comment

Thanks for the COMMENT.